Catatan
Informasi
Jambi
lingkungan
Opini
Wisata Alam
Pantai Cemara; Migrasi Asa dari Bumi Utara
Bagi banyak orang, Cemara adalah pohon yang menawarkan eksotisme dan keindahan. Pohon cemara sering dijadikan latar dalam film-film dan buku-buku tentang musim salju dengan setting belahan bumi bagian utara, atau digunakan sebagai pohon natal.
Karena daya tariknya, tak heran ada lagu anak yang populer sampai sekarang menceritakan keindahan gunung yang di kiri dan kanannya ditumbuhi pohon cemara.
Namun, bagi banyak kawanan burung pantai dari Rusia timur laut atau China, misalnya, cemara lebih dari sekedar keindahan. Ia adalah tempat di mana kelanjutan hidup mereka dipertaruhkan.
Cemara yang dimaksud adalah salah satu nama pantai yang ada di Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Pantai ini meliputi Air Hitam Laut dan Sungai Cemara.
Bagi kawanan itu, cemara atau Pantai Cemara bukan saja penting, melainkan juga penuh harapan. Pantai ini menjadi tempat tujuan migrasi burung-burung pantai dari berbagai pantai dunia.
Pantai Cemara berpasir coklat kehitaman, dengan luas sekitar 450 hektar, ini menjadi tempat habitat burung air dan tujuan persinggahan burung pantai migran.
Lokasinya terletak bersebelahan dengan Taman Nasional Berbak. Taman Nasional Berbak sendiri merupakan kawasan konservasi lahan basah terluas di Asia Tenggara.
Di Taman Nasional Berbak juga terdapat kawasan pantai yang menjadi tempat tujuan persinggahan burung-burung migran yang datang sepanjang tahun. Namun, tak seperti Pantai Cemara yang menjadi tujuan utama migrasi satwa ini.
Letak Pantai Cemara
Pantai Cemara letaknnya cukup dekat dari ibukota Kabupaten, Muara Sabak. Bisa ditempuh dengan menelusuri sungai maupun jalur darat. Jika lewat sungai, bisa menggunakan Speedboat dari Suak Kandis (setelah bertolak dari kota Jambi). Dari Kota Jambi, mengendarai sepeda motor atau mobil sampai ke Muara Sabak menghabiskan waktu kurang lebih dua jam perjalanan. Perjalanan selanjutnya adalah ke nipah panjang.
Dari Nipah Panjang sampai ke Pantai Cemara bisa naik pompong selama kurang lebih 7 jam. Jika menggunakan Speedboat yang dicarter sendiri (atau berkelompok) bisa menghabiskan waktu kira-kira tiga jam. Kita juga bisa berkendara ke Sadu, melewati jalan perkerasan tanah, baru kemudian meneruskan perjalanan ke Desa Cemara
Kecamatan Sadu yang merupakan daerah terluar kabupaten—sekaligus Provinsi Jambi—ini berbatasan langsung dengan Kepulauan Riau. Sebagai daerah pesisir, Kecamatan Sadu memiliki struktur lahan rawa-bergambut. Alam pesisirnya, lengkap dengan berbagai kealamian dan kekhasan tersendiri, menjadikan daerah ini cocok dijadikan tujuan liburan alami bagi pecinta alam terbuka.
Sesekali waktu ada upacara khusus yang dilakukan warga setempat di pantai dalam Kecamatan Sadu. Biasanya, beberapa waktu menjelang puasa masyarakat di daerah ini menjalankan ritual mandi safar. Sebuah upacara menyucikan diri dengan mandi balimau (mandi menggunakan jeruk) secara bersama-sama di tepian pantai atau pinggiran laut.
Daerah ini juga menjadi pintu masuk ke kawasan hutan lindung ekosistem hutan mangrove. Ini merupakan Taman Nasional Rawa Gambut tebesar di dunia. Di kawasan ini terdapat objek wisata di Desa Malaka yang merupakan habitat alami beberapa jenis buaya dan binatang buas lainnya. Pantai Cemara berada dalam wilayah administratif kecamatan ini.
Pantai Cemara airnya lebih banyak keruh, namun menurut penduduk setempat, kadang-kadang bening. Meski tidak bisa disandingkan dengan pantai-pantai yang berada di daerah lain seperti Bali dan lainnya yang sudah menjadi destinasi wisata mancanegara, Pantai Cemara layak dipertimbangkan sebagai daerah tujuan liburan. Tempat melepas kepenatan sambil bercengkrama dengan keluarga, atau teman, menikmati keindahan alam, dan menghabiskan hari dengan kesenangan.
Jangan berpikir tempat ini sudah sedemikian terawat, lengkap dengan fasilitas seperti tempat tujuan wisata yang sudah dikomersilkan. Tentu ia berbeda, karenanya tempat ini menawarkan kepuasan yang berbeda pula. Sesuai temanya liburan alam daerah pantai, kita akan disuguhkan dengan keindahan dan kondisi pantai yang masih alami (asli) dan suasana khas pesisir.
Kawasan ini direncanakan menjadi kawasan ekosistem esensial. Ia akan dikelola secara bersama oleh BKSDA Jambi, Pemda Tanjab Timur, Pemerintah Kecamatan Sadu dan Pemerintahan Desa setempat. Pantai Cemara akan menjadi salah satu lokasi penting yang berada di luar dan dekat dengan kawasan konservasi.
Jangan khawatir. Kita tidak berangkat murni dengan peta buta. Selain bisa dipandu penduduk setempat, kita juga bisa mendapatkan buku panduan lapangan mengenai Pantai Cemara nantinya.
Buku itu bisa didapatkan dari BKSDA Jambi. Buku yang berjudul “Burung Pantai: Panduan Lapangan di Pantai Cemara Jambi” ini disusun atas kerjasama BKSDA Jambi dan Wildlife Conservation Society-Indonesia Program. Pembuatannya berkaitan dengan rencana menjadikan Pantai Cemara sebagai kawasan penting ekosistem burung air dan burung pantai. Dengan buku panduan itu, maka semakin mudahlah perjalanan tamasya/liburan alam yang kita lakukan. Informasi yang diperoleh dari buku ini dapat memperkaya wawasan kita tentang kehidupan burung pantai di Pantai Cemara.
Di Pantai Cemara kita bisa menjumpai berbagai jenis burung dari berbagai negara. Mereka adalah jenis burung air, burung pantai, burung hutan. Pada Agustus hingga Maret, Pantai Cemara akan semakin dipadati burung-burung dari Rusia timur laut, Cina, Alaska dan belahan bumi utara lainnya. Rentang waktu itu adalah musim migrasi bagi ribuan kawanan burung pantai. Maka, sabaiknya datanglah terutama pada bulan-bulan itu.
Kecuali dapat menikmati banyaknya habitat burung asli dan burung migran, kita juga bisa melakukan penelitian, atau barangkali membudidayakan satu, dua, pohon bakau (jika bersedia) sebagai penjaga pantai (mencegah dari abrasi) dan tempat singgah burung yang bermigrasi ke tempat ini.
Burung-burung yang bermigrasi tersebut melintasi jalur migrasi burung Asia Timur – Australia. Meliputi kawasan Asia Timur, Papua, Australia, Selandia Baru hingga pulau-pulau di lautan Pasifik. Posisi Indonesia yang terbentang antara benua Australia dan Asia Daratan di sisi utara, memiliki nilai penting dalam migrasi tersebut.
Beragam Jenis Burung
Sekitar 26.000 ekor burung bisa dijumpai di Pantai Cemara. Sebagian besar di antaranya adalah jenis burung migran yang datang dari berbagai pantai di dunia. Tak kurang dari 72 jenis yang mendiami pantai ini. Mereka teridentifikasi dalam berbagai jenis, yaitu: 4 jenis burung air , 30 jenis burung hutan, 27 jenis burung pantai dan 11 jenis burung laut.
Bukan tidak mungkin, setiap tahunnya terdapat tambahan jenis burung yang bermigrasi ke daerah ini. Hal itu mengingat penyebab bermigrasinya burung dari suatu tempat ke tempat lain akan selalu ada sepanjang tahun. Umumnya, burung-burung yang bermigrasi disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca. Faktor lainnya adalah untuk mencari makanan dan sumber makanan yang lebih banyak tersedia serta untuk kelanjutan perkembangbiakannya. Mereka bermigrasi secara berkelompok dan dari berbagai jenis yang berbeda. Pantai Cemara selalu dipilih sebagai lokasi migrasi itu.
Migrasi biasanya terjadi selama kurang lebih enam bulan. Di antara rentang waktu tersebut belahan bumi utara mengalami musim dingin. Mereka lebih banyak diam bersama koloni dan menghabiskan makanan yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Ketika persediaan makanan terus berkurang dan musim semakin dingin, migrasi adalah pilihan yang mereka ambil. Mereka harus mencari makan, melanjutkan hidup, dan sebagainya.
Pantai Cemara menawarkan keberlimpahan dan kenikmatan itu. Sesuatu yang dicari burung-burung migran. Berbagai jenis makanan ada di sini. Bermacam-macam jenis ikan, kerang, kepiting dan cacing banyak tersedia. Itu dapat memenuhi kebutuhan makanan burung-burung pantai. Selain tersedia di pesisir pantai, berbagai jenis makanan untuk burung migran bisa ditemukan di daerah persawahan dan hutan bakau yang juga terdapat di wilayah ini semakin menarik bagi habitat itu. Maka, berdatanganlah burung-burung dari luar Indonesia ke Pantai Cemara. Burung-burung tersebut sengaja pindah untuk mencari makan dan udara yang lebih hangat.
Asa Burung Migran
Sayangnya, Pantai Cemara ternyata tidak hanya menjanjikan harapan bagi burung migran. Ia tak sekedar menjadi tempat penting bagi burung pantai yang ingin melanjutkan hidup dan mencari makan, namun juga lokasi penting bagi hewan lain dan manusia (warga sekitar dan dari luar desa) untuk berburu burung.
Jika musim migrasi burung, warga sekitar sering melakukan perburuan karena banyaknya jumlah burung yang datang, singgah dan menetap di pantai itu. Orang-orang (khususnya warga setempat) menyambut migrasi besar-besaran itu sebagai panen raya burung dengan cara berburu.
Inilah salah satu masalah yang dikhawatirkan dapat menyebabkan satwa ini punah. Berbagai jenis burung diburu di sini.
Jika dibiarkan populasi pemburu akan bertambah, sebaliknya populasi burung akan berkurang. Walhasil, kelestarian berbagai jenis burung pantai akan sulit terjaga. Ini akan berdampak pada terganggunya rantai ekologis yang—tentusaja—ujung-ujungnya akan merugikan manusia dan alam. Migrasi yang sejatinya—bagi burung-burung migran—sebagai upaya pencarian asa justeru berakhir sia-sia.
Memilih Pantai Cemara sebagai tempat tujuan liburan dapat menjadi ajang berkampanye pada warga agar menjaga kelangsungan hidup berbagai jenis burung yang bermigrasi ke daerah ini sehingga tidak punah. Ini bisa menjadi solusi untuk meminimalisir perburuan yang marak dilakukan masyarakat dan di musim migrasi.
Berlibur di Pantai Cemara juga dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Karena di samping dapat memberikan pengaruh positif kepada masyarakat, juga dapat menghidupkan denyut ekonomi warga sekitar dengan berbagai transaksi ekonomi yang saling menguntungkan. Sebuah cara berlibur yang alami, bermuatan sosial dan turut menjaga alam.
Burung-burung pantai semisal Pluvialis squatarola, Numenius phaeopus, Limosa limosa, Tringa glareola, Gallinago stenura, Phalaropus lobatus, dan banyak jenis lainnya terus saja berdatangan sepanjang tahun ke daerah ini. Perjalanan beribu-ribu kilometer yang ditempuh bukanlah tanpa tujuan. Usaha yang dilakukannya membawa sebuah harapan. Harapan hidup di Pantai Cemara.
Kita memang tidak bisa memastikan mereka (para burung) selamat dari gangguan binatang buas ataupun sakit yang dideritanya. Namun dengan mengenal lebih jauh Pantai Cemara, kita bisa menggalakkan gerakan perlindungan burung migran yang berdatangan. Ya, paling tidak kita sudah membantu agar harapan itu bisa diwujudkan di sini. Di pantai berpasir ini.
Di Pantai Cemara, ribuan burung berpindah dari bumi utara. Di pantai ini migrasi asa telah dimulai sejak lama.
Notes:
* Taman Nasional ini ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 285/Kpts-II/1992, tanggal 26 Februari 1992 dengan luas 162.700 Ha. Kawasan Taman Nasional Berbak mempunyai ekosistem yang masih asli. Di sini terdapat keunikan ekosistem lahan basah yang masih satu kesatuan dengan ekosistem hutan rawa gambut. Komposisinya adalah: hutan rawa gambut seluas dua pertiga bagian, sementara sepertiga bagian lainnya merupakan hutan rawa air tawar.
Sumber rujukan:
http://tanjabtimkab.go.id/profil-investasi/index.php?option=com_content&view=article&id=76&Itemid=85
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/07/tujuan-migrasi-burung-pantai-dunia-ada-di-jambi
disalin dari mongabay