Kutukan Batu Bara



Batubara, truk batubara

Saya menuliskan catatan ini pasca menjadi korban (diserempet) truk batu bara. Sebuah kejadian yang banyak orang takutkan, apalagi harus mengalaminya. 

Dan saya menuliskan catatan ini masih dalam kondisi sakit, mengetik di smartphone hanya dengan tangan yang masih bisa saya gunakan.

Baca juga: Harus Kuat

Insiden nahas itu terjadi sekira pukul 06.00 WIB (saya tidak tahu tepatnya), Senin tanggal 23 Oktober 2022.  Lokasi   kejadian (TKP) di KM 33 jalan Jambi - Muara Bulian Desa Serasah Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi.

Seperti biasa, hampir setiap Minggu pagi saya selalu sempatkan diri untuk berolahraga ringan dan senam pagi. Jika tidak secara khusus mencari lokasi ke kota Jambi, biasanya saya akan lari-lari kecil mengitari teras rumah sampai beberapa putaran. Kadang dilanjutkan dengan menyusuri pinggiran jalan, sering dengan kaki telanjang.

Itu pula yang saya lakukan pagi ini. Puas melakukan peregangan, karena melihat di luar rumah sudah cukup terang, saya memutuskan menyusuri pinggir jalan lintas, di bagian yang ditutupi dengan tanah berpasir dan berkerikil.

Saya maraton tidak jauh. Mungkin sekitar 50 meter dari rumah. Setelah itu saya kembali memutar arah kembali ke rumah. Jika dari Jambi, itu berarti saya menyusuri jalan di kiri, menuju Muara Bulian

Lari-lari kecil itu awalnya saya lakoni biasa saja. Diselingi desingan suara truk kosong dari arah kota Jambi. Pagi ini cukup sepi, karena memang ada kebijakan penghentian sementara aktivitas truk batu bara beberapa hari sebelumnya.

Tapi nahas, masih dalam posisi berlari, tiba-tiba hantaman kencang memukul lengan kanan dan pinggul saya. Seketika saya terpental. Badan saya jatuh di atas pasir dan kerikil. Samar-samar terlihat truk berwarna kuning melaju menuju Muara Bulian. Setelah itu saya kurang ingat. Saya hampir tak sadarkan diri.

Dalam kondisi berusaha mengumpulkan kesadaran, saya melihat darah muncrat dari kepala. Warna merah tampak menggenang di tanah berpasir. 

Orang-orang mulai berkerumun. Satu dua orang mengenali saya dan saya kenali. Saya minta kepala saya diikat menggunakan kaos yang saya kenakan, untuk menahan darah yang keluar.

Saya lalu diangkut menggunakan motor ke Puskesmas Jembatan Mas. Di pelayanan kesehatan masyarakat ini saya mendapat perawatan pertama. 

Karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, saya dirujuk ke Rumah Sakit DKT Jambi. Di puskesmas saya sudah mendapat jahitan di kepala.

Sekira pukul 08.30 WIB (atau mungkin 09.00 WIB, saya tidak tahu persis. Saya dapat info ini belakangan) saya sudah di ruang IGD RS DKT.  Menjalani pemeriksaan dan penanganan lanjutan, rontgen kedua belah tangan. 

Dari hasil pemeriksaan, ada tulang yang disebutkan dislokasi (luka-luka, terbuka, lebam dan memar, itu sudah pasti). Saya dianjurkan datang lagi Senin, Rabu atau Sabtu untuk (pemeriksaan) ortopedi. 

Kami dibolehkan pulang hari itu juga. Dalam perjalanan pulang saya meminta berhenti di TKP. Saya kepikiran mau ambil foto. Namun yang saya temui, tempat saya sebelumnya terbaring sudah bersih. Tidak ada darah. Tidak ada sandal yang saya gunakan. Yang terlihat hanya bekas lembab dan basah di beberapa lokasi.

Saya terus menuju tempat urut tradisional. Diurut (dipijat) semua badan (kecuali bagian luka dan yang sensitif). Ahli urut tradisional yang sudah sepuh yang memijat saya mengatakan ada tulang yang patah. Tak pernah terbayangkan rasa sakit yang harus ditanggung dan ditahan saat diurut.

Itu tadi beberapa kejadian yang saya alami dan masih bisa saya ingat. 

Saya diserempet dari belakang. Saat itu saya berjalan di lajur kiri. Sekitar 10 meter di belakang saya terparkir juga truk batu bara dengan kepala kuning dan bak berwarna toska. Di depan tidak ada satupun kendaraan yang melintas. 

Meski diserempet truk batu bara, mungkin saat itu saya juga dibantu oleh sopir truk yang lain. Beberapa truk sebelumnya memang saya lihat terparkir di bengkel sekitar lokasi kejadian.

Saya sengaja menuliskan catatan ini, sepagi ini, meski semua badan terasa sakit. Semoga semua pihak bisa belajar dan mengambil catatan ini sebagai pertimbangan perbaikan tata kelola semua bidang.

Kepada Yth,
Bapak Presiden RI,
Ibu Ketua DPR RI,
Bapak Gubernur Provinsi Jambi,
Bapak Ketua DPRD Provinsi Jambi,
dan semua stakeholder yang terlibat dan bertanggung jawab terkait aktivitas batu bara dari hulu hingga hilir, saya memohon kebijaksanaan dan keseriusan dalam penanganan persoalan yang sudah menjadi keresahan masyarakat banyak ini.

Setelah sekian banyak menelan korban, mau tunggu sampai kapan persoalan ini dibiarkan?  

Hari ini bisa saja seorang Jhoni Imron yang menjadi korban. Besok, lusa, atau entah kapan saja di masa mendatang, bisa saja berjatuhan korban lainnya. 

Bisa saudara, keluarga dekat dan keluarga jauh kita. Bisa orang tua, bahkan anak-anak, pemuda, yang merupakan calon-calon pemimpin kita yang bisa membawa perubahan dan perbaikan di negeri ini. Alangkah ruginya kita sebagai bangsa.

Saya lupa ada sementara pejabat yang mengucapkan bahwa bisnis emas hitam ini, faktanya (katanya), menjadi tempat banyak warga  menggantungkan hidup, dari aktivitas ekstraksi sumber daya alam ini  (soal warga Jambi atau tidak, ini bisa diperdebatkan. Ini menguntungkan bagi Jambi atau tidak, ini perlu sebuah penelitian).

Tapi, tolong,  jangan hanya karena memikirkan perut sekian orang tersebut, mengabaikan fakta-fakta kecelakaan yang telah banyak menelan korban, merenggut nyawa orang-orang yang "tak berdosa", yang bahkan mereka tidak makan dari hasil batu bara.

Negara harus hadir agar persoalan ini tak berlanjut menjadi kutukan yang tak berkesudahan. 

Tidak ada komentar

Tulis komentar sahabat di sini...

Diberdayakan oleh Blogger.