Potensi Wisata Huluan Jambi



Tabir Ulu
Kompleksnya kehidupan masyarakat modern, menjadikan tempat wisata sebagai semacam ruang pemulihan, refresh dari rutinitas pekerjaan sehari-hari. Pada hari libur, terutama hari-hari besar (dan libur panjang), orang-orang biasanya akan dengan segera teringat tempat–tempat wisata. Moment liburan merupakan waktu berkumpulnya keluarga, sekaligus rekreasi bersama. Pada hari-hari libur tersebut tempat-tempat rekreasi seperti wahana wisata buatan misalnya, akan diserbu para "pemburu ketenangan”. 

Banyak orang rela merogoh uang dalam jumlah tak sedikit hanya untuk melepas penat dari rutinitas pekerjaan harian dengan berwisata ke tempat-tempat rekreasi. Tempat tujuan wisata kemudian meluas, tidak hanya sebatas taman rekreasi lokal yang itu-itu saja. Mereka mengunjungi tempat wisata yang menawarkan kekayaan alam, sejarah dan kekhasan budaya. Pulau jawa dan sekitarnya, terutama Bali, menjadi tujuan wisata yang banyak diminati—bagi kalangan berduit, ke luar negeri menjadi tujuan wisata yang dipilih. Hal ini juga berlaku pada masyarakat Jambi.



Sayang sekali, padahal Provinsi Jambi, terutama daerah huluan sangat banyak menyimpan kekayaan alam yang berpotensi sebagai derah tujuan wisata. Kabupaten Merangin bisa kita ambil contoh untuk melihat betapa kayanya alam kita. 


Tak hanya memiliki geopark (taman bumi), banyak potensi lain (sejarah, alam dan budaya) yang ada di Kabupaten Merangin. Satu di antaranya adalah air terjun atau orang setempat menyebutnya talun/ tolun/ telun. Air terjun atau telun ini terletak di beberapa daerah (terutama di bagian terluar) bumi Tali Undang Tambang Teliti. Sebut saja misalnya telun yang berada di kecamatan Tabir Barat-- pemekaran dari kecamatan induk: Tabir Ulu.

Telun yang terdapat di daerah ini teridentifikasi sebanyak dua tempat atau berada di dua lokasi berbeda. Letak persisnya berada di Desa Muara Kibul dan Desa Telentam. 

Di Muara Kibul, dapat kita jumpai telun bertingkat tiga. Sampai sekarang, telun ini tidak terlalu banyak menarik pengunjung, baik hari libur—hari libur besar, terlebih pada hari biasa. Untuk sampai ke telun, dari Desa Muara Kibul bisa ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih selama 30 menit. Jalannya masih berupa jalan setapak. Jalan tanah yang biasa dilewati warga setempat untuk pergi ke kebun karet dan ladang.

Untuk sampai ke lokasi telun yang kedua, di Telentam, pengunjung bisa berkendara, melewati jalur darat, dari Desa Muara Kibul ke arah huluan. Jalannya aspal, masih bagus. Semakin ke hulu wilayah Kecamatan Tabir Barat semakin menarik untuk dilihat: Lubuk larangan Taman Ciri, sungai Tabir yang jernih dengan bebatuan besar, alam yang masih segar, pemandangan yang masih khas pedesaan, ditambah perkampungan dengan latar belakang hutan alam, adalah beberapa keindahan alami yang terhampar di huluan Sungai Tabir itu. 

Sesampainya di Desa Telentam, perjalanan ke telun dilanjutkan dengan melewati jembatan gantung, menyeberangi sungai, menapaki jalan tanah, keluar masuk perkebunan karet rakyat dan lading, juga mendaki dan menuruni bukit yang ada di sepanjang track. Jarak lokasi telun dari pemukiman penduduk kurang lebih satu setengah kilo meter. Menghabiskan waktu setidaknya 40 menit, yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Perjalanannya cukup melelahkan. Namun, kelelahan di perjalanan akan tebayar lunas ketika sudah sampai di telun. Suara gemercik air yang pecah menabrak bebatuan, kicauan burung yang bersahutan, keindahan alamnya, udara yang masih segar, ditambah dinginnya air telun akan membawa kesejukan tersendiri yang sulit diungkapkan. 





Pemandangan di telun telentam lebih menarik jika dibandingkan telun yang ada di Muara Kibul. Air terjun-nya terdiri dari tujuh tingkatan. Telun ini menjadi lokasi favorit tujuan rekreasi pemuda sekitar (khususnya dari desa terdekat). 

Pada musim ramai pengunjung (libur Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha), pemuda setempat biasanya membuat lahan parkir di pintu masuk jalan menuju telun. Untuk parkir sehari penuh, Per motor hanya dikenakan biaya Rp. 2000. Selain itu, kendaraan pengunjung juga bisa dititipkan kepada penduduk setempat. 

Dalam data BPS, disebutkan bahwa jarak dari Bangko (Ibukota Kabupaten) ke Kibul (Ibukota Kecamatan Tabir Barat) sejauh 58 Km (BPS, 2009). Perjalanan ke sana bisa ditempuh melalui jalur darat: lewat Sungai Manau, dan Simpang Seling. Dari Sungai Manau menuju Tabir Barat jalannya berupa aspal, dan masih tergolong bagus. Untuk melewati jalur ini, pengunjung harus berkendara melewati jalan Bangko menuju Kerinci. Sementara, jalan Simpang Seling (dari Bangko Ke Tabir Barat, mnempuh jalan sepanjang 70-90 km) langsung terhubung ke Jalan Lintas Sumatera. Namun, kondisinya sudah rusak, banyak terdapat lobang di sepanjang jalan.

Selain prasarana transportasi yang kurang memadai, kurangnya perawatan dan tidak adanya upaya pengembangan kedua telun tersebut sebagai tujuan wisata,  membuat aset penting (dan  alami) ini terbengkalai. 

Pengembangan daerah tujuan wisata di huluan Jambi—tanpa menafikan pembangunan daerah lainnya di Jambi --patut dipertimbangkan sebagai prioritas. Kita bisa belajar metode pengelolaan daerah wisata di Provinsi lain. Pengembangan daerah wisata seperti di Bali, misalnya, bisa menjadi contoh betapa pengelolaan alam yang baik, sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan dapat menguntungkan banyak bidang: ekonomi, sosial, budaya, dan banyak lagi. 

Bangkitnya pariwisata Jambi tentu menjadi harapan dan keinginan banyak pihak, terutama masyarakat jambi sendiri. Harapan tersebut sangat mungkin tercapai, mengingat berlimpahnya potensi, jalur perlintasan jalan nasional, sumber daya manusia (SDM) yang cukup tersedia, dan banyak unsur penunjang lainnya. Inilah beberapa hal yang menjadikan optimisme ini beralasan. 

Jika pengelolaan dan pengembangan potensi tersebut sudah serius diupayakan, menurut hemat penulis, hanya perlu sedikit menunggu. Karena di kemudian hari, Jambi akan menjadi salah satu destinasi wisata paling penting bagi tak hanya wisatawan lokal, namun juga mancanegara.


Diberdayakan oleh Blogger.