Sungai Batanghari dan Pelabuhan Jambi dalam Jalur Rempah Nusantara (1)

 

Peta Kuno Jambi (Koleksi Universitas Tohoku, Miyagi, Jepang)/ saudaratuablog

Kalau lah teminum aek Batanghari, payah nak ninggalin Jambi

Ungkapan itu sudah sejak lama menjadi semacam mantra yang dibacakan kepada orang-orang yang datang ke Jambi.


Sebagai wilayah yang memiliki sungai terpanjang di Sumatera (± 800 KM), kata-kata itu mengandung pesan kebanggaan masyarakat Jambi akan alamnya. Juga keterbukaan masyarakatnya terhadap pendatang dari luar.


Demikianlah kesan kolektif masyarakat Jambi terhadap sungai yang sangat dekat dengan keseharian mereka. Sungai Batanghari telah ikut mengaliri dan membangun peradaban Jambi sejak lama.



Sungai Batanghari dalam keseharian masyarakat Jambi

Hampir seluruh wilayah sampai pelosok Jambi dialiri sungai, dari sungai-sungai kecil hingga beberapa sungai agak besar yang kemudian bermuara langsung ke Batanghari.


Di beberapa wilayah di Jambi masih bisa kita jumpai rumah-rumah di pinggir sungai sebagai kawasan pemukiman. Hubungan masyarakat setempat dengan sungai hampir serupa kehidupan yang sangat tergantung terhadap air.


Masyarakat Jambi memanfaatkan sungai untuk keseharian mereka, seperti mencukupi kebutuhan pangan (dari ikan dan jenis tumbuh-tumbuhan), sumber mata pencaharian, untuk keperluan dan kebutuhan rumah tangga lainnya (air minum, MCK),  juga sebagai sarana transportasi.


Sejak dulu Sungai Batanghari telah berfungsi nyata sebagai jalur transportasi dan perdagangan di Jambi. Terutama dalam mengangkut kebutuhan bahan pokok, hasil pertanian, hasil hutan, maupun produk kerajinan.


Sungai Batanghari dengan sejumlah anak sungainya telah menjadi penghubung masyarakat dari pedalaman Jambi dengan dunia luar. Menjadi pintu gerbang hubungan perniagaan dengan para pedagang yang mencari hasil bumi Jambi.

 


Jambi surga komoditi premium

Selain sungainya, sejak dulu Jambi masyhur sebagai salah satu daerah penting penghasil rempah di kepulauan nusantara. Berkah kekayaan hasil buminya ini membuat Jambi cukup seksi dan menjadi incaran banyak pedagang dari berbagai negara.


Rempah premium seperti lada (Piper nigrum) dari Jambi, yang harganya melebihi nilai emas kala itu, pasarnya sampai jauh ke Cina, India, Timur Tengah, hingga Eropa.


Lada Jambi ditanam di wilayah hulu Sungai Batanghari, sementara hasil produksinya dipasarkan di wilayah hilir (di Kota Jambi sekarang, Pelabuhan Jambi masa dulu).


Kejayaan perdagangan lada Jambi tidak bertahan lama. Ketika harga lada anjlok di pasar dunia, petani beralih menanam komoditas lain seperti padi dan kapas. Meski sempat berkembang sangat pesat, sisa-sisa kejayaan lada Jambi nyaris sukar ditemukan saat ini.


Jambi juga adalah daerah penghasil teh (Camellia sinensis), kopi (Coffea L.), kayu manis (Cinnamomum burmanii) dan karet (Hevea brasiliensis) yang penting. Juga tempat tumbuh subur tanaman rempah aromatik seperti cendana (Santalum album). Dari dalam perut buminya keluar bijih emas, minyak bumi dan batu bara.


Potensi pertanian dan perkebunan Jambi sendiri sudah dikenal awal 1600-an. Jauh sebelum kedatangan Belanda (1615), Jambi sudah menjadi penghasil utama lada, pinang, gaharu, getah balam merah, getah jelutung dan getah jernang.


Sebelum itu, tahun 1512, daerah ini sudah dikenal karena ekspor kayu gaharu dan emasnya. Kekayaan buminya akan emas, diduga telah menarik kedatangan orang Minangkabau ke Jambi terutama di VII Koto dan IX Koto, sekitar awal abad ke-XVI.


Sejak awal abad ke-XVII, ramai pedagang dari Cina, India, Parsi, Arab, Portugis, Inggris dan Belanda, yang datang ke Jambi.


Alam Jambi benar-benar menyimpan banyak potensi. Berbagai komoditi premium bisa tumbuh subur di sini.


Awal abad 20, di masa Jambi sudah menjadi bagian dari keresidenan Palembang (sejak 27 Februari 1901), pemerintah Hindia-Belanda mewajibkan masyarakat Jambi menanam karet di daerah ini. Karet Jambi kemudian berjaya pada kurun 1916 sampai 1930-an akhir.


Banyak orang-orang asing yang kemudian datang ke Jambi untuk berinvestasi. Mereka di antaranya berasal dari Inggris, Belanda, Cina, Belgia dan Amerika.


Sejak saat itu pelabuhan Jambi menjadi jaringan transportasi sungai bagi kapal dagang pengangkut karet rakyat Jambi ke Malaka dan Singapura. Ini seperti mengulang kejayaan pelabuhan Jambi di masa sebelumnya, dengan komoditas utamanya lada. 

bersambung...


Ket: 
- Gambar peta kuno Jambi adalah koleksi Universitas Tohoku, Miyagi, Jepang (saudaratuablog)
- Gambar pemandangan Sungai Batanghari dengan rumah terapung dan kapal-kapal (sumber: KITLV)
- Gambar hutan kawasan bukit tigapuluh (mongabay.com)

Tidak ada komentar

Tulis komentar sahabat di sini...

Diberdayakan oleh Blogger.