Identitas dan Politik Identitas

Melayu Jambi

Tidak ada yang salah dengan menguatnya (penguatan) identitas individu dan sosial. Setidaknya ia menjadi   tempat berkaca soal asal-usul kita. Bisa menjadi jembatan sejarah atau sekedar nostalgia. Bisa pula sebagai panduan bersikap dan bertindak.

Identitas sosial (dalam hal ini ambil saja misalnya, suku, agama, ras atau kedaerahan) ia menjadi perekat bagi individu-individu, anggota komunitas/masyarakat dalam satu kesamaan identitas tersebut. Terlebih saat berada di suatu tempat yang jauh dan asing. Kesamaan identitas tertentu akan lebih mudah mendekatkan hubungan antar individu dalam masyarakat.

Menguatnya relasi sosial masyarakat karena kesamaan identitas ini, sejatinya bukan menjadi pemicu konflik dan perpecahan antar masyarakat dari latar belakang identitas sosial yang berbeda. Penguatan identitas tidak akan menjadi penyokong utama konflik atau perpecahan, asal diikuti dengan saling menghargai dan memaklumi perbedaan di tengah realitas masyarakat yang majemuk.

Berbeda halnya bila identitas sosial dijadikan komoditas politik. Mengelaborasi atau bahkan mengeksploitasi identitas dalam kasus ini, niscaya ia akan menjelma sebagai api yang membakar, banjir yang akan menenggelamkan, topan yang memporak-poranda, atau pisau yang mengoyak-koyak kohesifitas sosial.

Politik identitas adalah barang lama yang hampir selalu dikemas sedemikian rupa pada momen Pemilu atau Pilkada. Targetnya, apalagi kalau bukan meraup suara sebanyak-banyaknya. Korbannya? Ya, kita kita juga. Masyarakat yang tidak tahu bertikai karena apa.

Dalam momen perhelatan politik, suksesi kepemimpinan daerah, seleksi jabatan politik, semata  menjadikan identitas segala-gala ukuran, jelas keliru besar. Memilih orang yang tepat untuk mengemban amanah, ia butuh pertimbangan yang matang.

Banyak kriteria lain yang lebih perlu dikedepankan. Biarlah identitas hanya sebagai referensi tambahan.

Jika perlu untuk sementara ia cukup disimpan. Setelahnya, biarlah ia terus tumbuh sebagai realitas sosial. Tak perlu pula ia dikaburkan, apalagi dihilangkan sama sekali. Membencinya sama saja dengan tak mengakui ibu kandung sendiri.


*gambar di atas, saya di depan rumah adat Suku Batin. Suku Batin merupakan suku yang cukup besar di Jambi, terutama di daerah Merangin, Bungo, Tebo, Sarolangun.
*Rumah adat ini dibuat Datuk H Hasan, Mantan Bupati Bungo Tebo. Bangunan ini ia dedikasikan untuk Suku Batin, dan turur memperkaya hasanah budaya Jambi.
*Saya berpose di depan rumah adat diarahkan fotografer dadakan yang namanya sementara dirahasiakan.
😀
#haripemilihansudahdekat
#pestademokrasisudahtiba
#pilihkepaladaerahberintegritas
#pilihpenyelenggaranegaraberkualitas
#pilihpenyelenggarapemiluberintegritas

Tidak ada komentar

Tulis komentar sahabat di sini...

Diberdayakan oleh Blogger.