Sungai Batanghari dan Pelabuhan Jambi dalam Jalur Rempah Nusantara (4 - Habis)

Batanghari, sungai Batanghari

Daerah-daerah pelabuhan seperti Aceh dan Banten, Jambi dan Palembang sampai mengalami pergesekan politik yang dinamis seiring meningkatnya permintaan terhadap lada. Tahun 1616, Jambi merupakan pelabuhan terkaya kedua di Pulau Sumatera setelah Aceh.

Dalam rantai perdagangan lada, Pelabuhan Jambi memiliki posisi sangat penting di mata para saudagar asing. Pelabuhan Jambi tidak hanya dikunjungi oleh saudagar asal Jawa, Cina, tetapi juga dari Siam, Patani, Malaka, Portugis, Inggris dan Belanda.

Perdagangan ekspor komoditi lada yang dibawa dari hulu Jambi melalui pelabuhan Jambi sempat mengalami pasang surut. Tahun 1623, lada diekspor ke pantai timur melalui Jambi sebanyak 2.000 ton.

Puncaknya, tahun 1670, reputasi Kesultanan Jambi disebut sebanding dengan Palembang dan Johor. Jambi berperan aktif dalam percaturan politik internasional di kawasan tersebut.

Namun kejayaan Jambi tidak berumur panjang. Karena tahun 1680-an Jambi kehilangan kedudukannya sebagai pelabuhan utama komoditas lada, akibat perang dengan Johor dan konflik di internal.

Meski demikian, pada 1710, ekspor dari Jambi masih sepenuhnya berupa lada. Ekspor komoditas ini sempat surut pada tahun 1730, karena lebih dari setengah produk ekspor Jambi adalah emas. Lada kembali menjadi primadona dengan jumlah ekspor yang meningkat pada 1750. Pada kisaran tahun tersebut kuantitas ekspor lada mencapai hingga 80 persen dari total komoditas yang dibawa ke luar Jambi.

Bekas kejayaan Jambi dengan sungai Batanghari dan pelabuhannya sebagai titik penting dalam jalur rempah nusantara mungkin samar-samar mulai terlupakan. Namun, bukti kejayaan itu, hingga kini masih bisa kita identifikasi. Generasi pendahulu, sebagai pelaku perdagangan rempah-rempah di Jambi, orang-orang yang dalam pepatah Jambi disebut lah teminum aek Batanghari dan akhirnya menetap di Jambi, masih bisa kita lihat jejak keturunannya di sekitaran wilayah yang dibelah sungai kebanggaan warganya itu.


 --TAMAT--


Baca catatan sebelumnya :

Sungai Batanghari dan Pelabuhan Jambi dalam Jalur Rempah Nusantara (1)

Sungai Batanghari dan Pelabuhan Jambi dalam Jalur Rempah Nusantara (2)

Sungai Batanghari dan Pelabuhan Jambi dalam Jalur Rempah Nusantara (3)


ket: 

- Foto ilustrasi (by Dheje )

Referensi:
- https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/artikel/jalur-rempah-memuliakan-masa-lalu-untuk-kesejahteraan-masa-depan
- Dedi Arman. 2018.  Artikel Jurnal . Perdagangan Lada di Jambi pada Abad ke XVI hingga XVIII.; 
Yuliana. 2020. Skripsi. Pelabuhan “Boom Batu” dalam Kawasan Angso Duo Jambi 1926-1942. FKIP Jurusan Ilmu Sejarah, UNJA; 
- https://www.indonesiaport.co.id/jambi-en- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/dari-hulu-ke-hilir-aktivitas-perdagangan-lada-di-jambi-abad-xvi-xviii/
- Citra Jambi dalam Arsip. ANRI. Jakarta. Agustus, 2006; - Daerah Aliran Sungai Batanghari.  Fian Mulyana Saputra (0606071443). Jurusan Geografi – Fakultas MIPA – Universitas Indonesia; 
- Citra Kota Jambi dalam Arsip. ANRI. Jakarta. 2014; - Citra Daerah Jambi dalam Arsip. ANRI. Jakarta. 2006; - Naskah Sumber Arsip Kemaritiman. ANRI. Jakarta. 2015; 
- Utomo, I.N. & Fanada S. Dari Hilir Ke Hulu: Perkembangan Sejarah Maritim Indonesia Dan Selingkar Permasalahannya. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro; 
- Rahim, A. 2017. Jurnal Vol.17 No.3. Pemukiman-Pemukiman Kuno di Daerah Aliran Sungai Batanghari. Universitas Batanghari. Jambi; 
- Lindayanti, dkk. 2013. Jambi Dalam Sejarah 1500-1942, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi.

3 komentar:

Tulis komentar sahabat di sini...

Diberdayakan oleh Blogger.